Liputan6.com, Deli Serdang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) terus memacu pengerjaan infrastruktur yang menjadi proyek strategis nasional (PSN). Salah satunya berada di Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara (Sumut), yakni bendungan Lau Simeme.
“Untuk PSN atau proyek strategis nasional, kita ada kegiatan Bendungan Lausimeme. Ini berada di Kabupaten Deli Serdang, tepatnya di Kecamatan Biru-Biru,” kata Roy Panagom Pardede, Kepala Balai Wilayah Sungai Sumatera II Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PUPR, Rabu (18/9).
BACA JUGA
Bendungan Lausimeme nantinya memberi manfaat bagi konservasi air. Potensi air akan dikelola dengan cara ditampung di waduk sehingga dapat dialirkan ke hilir pada saat musim kering.
Yang tak kalah penting, Bendungan Lausimeme akan menjadi salah satu pengendali banjir bagi Kota Medan dan Deli Serdang. Infrastruktur yang ada di hulu ini dapat menahan dan mengatur debit air ke Sungai Deli dan Sungai Percut yang melintasi kedua daerah itu.
“Dengan adanya Bendungan Lausimeme, pengendalian banjir di Kota Medan yang saat ini menggunakan sistem kala ulang 25 tahun ditingkatkan menjadi kala ulang 40 tahun,” jelas Roy.
Bendungan setinggi 77 meter ini juga diproyeksikan untuk menjadi sumber air bersih bagi Kota Medan dan Deli Serdang. Waduk atau tampungannya dapat menyediakan air baku 3.000 liter per detik.
Selain itu, Bendungan Lausimeme juga berpotensi membangkitkan tenaga listrik. Daya yang dihasilkan bisa mencapai 2,8 MW.
Keberadaan proyek bendungan ini secara langsung juga mendorong peningkatan prasarana jalan, jembatan serta bangunan lainnya. Setelah selesai, kawasan ini juga dapat menjadi objek wisata. Sementara aliran airnya dapat dimanfaatkan masyarakat di hilir untuk mendukung usaha perikanan darat.
Proyek pembangunan Bendungan Lausimeme mendapat pagu anggaran sekitar Rp 1,4 triliun. Pelaksanaan pekerjaannya ditenggat selama 52 bulan sejak 4 Januari 2018 atau ditargetkan rampung pada 2022.
Pelaksanaan proyek dibagi dalam dua paket pekerjaan. Paket pertama mengerjakan bangunan utama dan jalan masuk. Sementara paket kedua meliputi penggalian terowongan dan spillway.
“Kalau untuk pekerjaan jalan masuk atau akses jalan sudah 80% kita selesaikan. Sedangkan untuk terowongan, dari 700 meter yang dibutuhkan, saat ini yang sudah kita gali mencapai kurang lebih 320 meter,” jelas Marwansyah, Kepala Satuan Kerja Pembangunan Bendungan Balai Wilayah Sungai Sumatera II.
Progres pembangunan hingga tahun kedua ini baru sekitar 7,5% dari keseluruhan proyek Bendungan Lausimeme. Masalah pembebasan lahan cukup menghambat proyek.
Pembangunan Bendungan Lausimeme membutuhkan lahan dengan luas sekitar 420 hektare. Dia atas areal itu terdapat 5 desa yang dihuni sekitar 300 KK. Mereka tinggal di sana secara turun temurun, bahkan sejak zaman Belanda. Di sisi lain ada peraturan baru yang menetapkan kawasan itu sebagai hutan produksi tetap yang notabene milik negara.
Komentar
Posting Komentar